Rabu, 19 Desember 2018

AD/ART WIRAGANA

M U K A D I M A H
          Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
Bahwa sesungguhnya alam beserta apa yang terkandung di dalamnya merupakan suatu anugerah Tuhan yang menciptakannya dan menjadikan kewajiban manusia untuk mencintai semua makhluk, tanah air dan alam sebagai suatu pernyataan terhadap Tuhan.
Bahwa untuk lebih mendekatkan dan mempererat hubungan antara manusia dalam usaha mencintai ciptaan Tuhan tersebut, perlu adanya suatu wadah yang dapat menampung serta menyalurkan pemikiran-pemikiran dan kegiatan kreatif untuk menyatakan rasa cinta tersebut.
Bahwa segala usaha di atas hanya akan berhasil jika di dasari oleh jiwa besar dan budi luhur yang harus ditempa, dibina serta senantiasa dikembangkan menurut batas-batas kemampuan setiap manusia yang merdeka dan sebagai insan sosial yang sadar akan fungsi dan perananya di dalam masyarakat.
Bahwa STIA CIMAHI dengan segala gerak kegiatanya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat, dan mahasiswa STIA CIMAHI yang mencintai almamaternya wajib mengembangkan rasa cinta terhadap alam dan ilmu pengetahuan demi kemanusiaan.
Dengan ini dibentuklah suatu organisasi Mahasiswa Pecinta Alam didalam lingkup linkungan STIA CIMAHI dengan Anggaran Dasar sebagai berikut:

BAB I
NAMA, TEMPAT DAN WAKTU
Pasal 1
NAMA
Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam STIA CIMAHI ini bernama, WIRAGANA.
Pasal 2
TEMPAT
Organisasi ini berkedudukan/bertempat di STIA CIMAHI Kelurahan cibeber cimahi selatan
Pasal 3
WAKTU
Organisasi ini didirikan di cimahi, pada tanggal 30 November 2018
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 4
ASAS
Organisasi ini berasaskan Pancasila, yang didasari oleh semangat persaudaraan, persamaan dan gotong royong.
Pasal 5
TUJUAN DAN USAHA MENCAPAI TUJUAN
Ayat 1
T U J U A N
Organisasi ini bertujuan untuk menumbuhkan, memupuk, membina dan mengembangkan kecintaan terhadap alam beserta segenap isinya sebagai pernyataan rasa cinta terhadap Tuhan sebagai sang pencipta.
Membangun kerjasama dengan berbagai komponen / kader konservasi / para kelompok pecinta alam lainnya.
Organisasi ini bertujuan pula untuk mengembangkan dan membina pribadi yang luhur, ketahanan jasmani dan rohani, serta ilmu pengetahuan demi kemanusiaan.
Meningkatkan ilmu pengetahuan melalui pendidikan dan latihan, peningkatan karakter dan kompetensi intelektual anggota.
Ayat 2
USAHA UNTUK MENCAPAI TUJUAN
Untuk mewujudkan tujuan tersebut WIRAGANA melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
Berperan aktif dalam pelaksanaan, dan pengawasan untuk mendukung Pembangunan program berwawasan lingkungan.
Membangun kerjasama yang terus-menerus dengan STIA CIMAHI dalam mengembangkan, memanfaatkan, menyebarluaskan ilmu pengetahuan berwawasan lingkungan.
Membangun jejaring dengan berbagai komponen / kader konservasi / para kelompok pecinta alam lainnya serta membina hubungan kerjasama dengan lembaga atau instansi terkait di dalam maupun luar daerah dalam rangka implementasi ilmu pengetahuan berwawasan lingkungan.
Mendorong dan melakukan kerjasama peningkatan karakter dan kompetensi intelektual anggotanya dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat agar kehadiran WIRAGANA dapat membangun karakter mahasiswa STIA CIMAHI dan Daerah.
Mempersatukan dan memperdalam rasa tanggung-jawab sosial para anggota.
Serta melakukan usaha-usaha lain secara profesional untuk menunjang tercapainya tujuan organisasi.
BAB III
Pasal 6
LAMBANG
Lambang WIRAGANA adalah seperti dibawah ini:

Logo WIRAGANA
Adapun maksud dari lambang ini dijelaskan dalam Anggaran Rumah Tangga WIRAGANA.
Pasal 7
BENDERA
Bendera WIRAGANA berwana merah dengan lambang / logo WIRAGANA ditengahnya.

Bendera WIRAGANA

BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 8
JENIS KEANGGOTAAN
Jenis keanggotaan organisasi ini terdiri dari:
Calon Anggota Muda
Anggota Muda
Anggota Biasa
Anggota Kehormatan
Pasal 9
CALON ANGGOTA MUDA
Calon Anggota Muda adalah setiap mahasiswa STIA CIMAHI yang mendaftarkan diri dan memenuhi syarat yang ditentukan oleh Panitia Seleksi ditunjuk oleh Badan Pengurus.
Pasal 10
ANGGOTA MUDA
Anggota Muda adalah setiap Calon Anggota Muda yang telah diseleksi dan sudah lulus mengikuti Pendidikan Latihan Dasar dan ditabalkan di puncak WIRAGANA.

Pasal 11
ANGGOTA BIASA
Anggota Biasa adalah setiap Anggota Muda yang dinyatakan lulus karena telah mengambil spesialis/keahlian pada divisinya masing-masing.
Pasal 12
ANGGOTA KEHORMATAN
Anggota Kehormatan adalah Anggota Biasa yang telah menyelesaikan studi di perkuliahan.
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 13
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA MUDA
Hak Anggota Muda adalah :
Menghadiri Rapat Anggota, mengeluarkan pendapat, dan mengajukan usul atau saran sesuai dengan tata tertib dan peraturan yang berlaku.
Mempunyai hak suara/memilih dan mengisi jabatan lain yang ditunjuk.
Memperoleh pelayanan pendidikan, pelatihan, informasi dan bimbingan.
Kewajiban Anggota Muda adalah :
Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Keputusan-keputusan Pengurus WIRAGANA yang telah diambil dengan sah.
Aktif dalam kegiatan dan melaksanakan serta bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diamanatkan WIRAGANA.
Menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik WIRAGANA dan STIA CIMAHI.
Membayar iuran mingguan sebesar Rp. 5000,-
Pasal 14
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA BIASA
Hak Anggota Biasa adalah :
Menghadiri Rapat Anggota, mengeluarkan pendapat, dan mengajukan usul atau saran sesuai dengan tata tertib dan peraturan yang berlaku.
Mempunyai hak Memilih dan Dipilih menjadi pengurus dan atau jabatan lain yang ditetapkan.
Memperoleh pelayanan pendidikan, pelatihan, informasi dan bimbingan.
Kewajiban Anggota Biasa adalah :
Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Keputusan-keputusan Pengurus WIRAGANA yang telah diambil dengan sah.
Aktif dalam kegiatan dan melaksanakan serta bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diamanatkan WIRAGANA.
Menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik WIRAGANA dan STIA CIMAHI.
Pasal 15
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA KEHORMATAN
Hak Anggota Kehormatan adalah :
Menghadiri Rapat Anggota, mengeluarkan pendapat, dan mengajukan usul atau saran sesuai dengan tata tertib dan peraturan yang berlaku.
Mempunyai hak suara/memilih.
Memperoleh pelayanan pendidikan, pelatihan, informasi dan bimbingan.
Kewajiban Anggota Kehormatan adalah :
Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Keputusan-keputusan Pengurus WIRAGANA yang telah diambil dengan sah.
Aktif dalam kegiatan dan melaksanakan serta bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diamanatkan WIRAGANA.
Menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik WIRAGANA dan STIA CIMAHI.

Pasal 16
HAK DAN KEWAJIBAN CALON ANGGOTA MUDA
Hak Calon Anggota Muda adalah :
Memperoleh pelayanan informasi dan bimbingan;
Kewajiban Calon Anggota Muda adalah :
Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Keputusan-keputusan Pengurus WIRAGANA yang telah diambil dengan sah.
Aktif dalam kegiatan dan melaksanakan serta bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diamanatkan WIRAGANA.
Menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik WIRAGANA dan STIA CIMAHI.
BAB VI
ORGANISASI
Pasal 17
SUSUNAN PENGURUS
WIRAGANA mempunyai susunan pengurus sebagai berikut:
Pelindung/Penasehat
Pembina
Pengurus (Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum)
Bidang-bidang dan Divisi-divisi
Pasal 18
MASA KERJA
Masa Kerja Pengurus adalah selama 1 (satu) tahun.
Pasal 19
PENGURUS
Pengurus merupakan pelaksana tertinggi organisasi, dipimpin oleh Ketua Umum yang dipilih oleh Anggota dalam Musyawarah Besar.
Pengurus terdiri dari :
        Ketua Umum.
        Sekretaris Umum.
        Bendahara Umum.
        Bidang-bidang :
Sekurang-kurangnya 4 orang Ketua Bidang meliputi Bidang Humas inventaris Kesekretariatan, Bidang Pendidikan Latihan dan Pengembangan, Bidang Sosial Lingkungan budaya dan SAR, serta Bidang Konservasi Sumber Daya Alam;
        Dan Divisi Divisi antara lain
–          Gunung Hutan ( GH)
–          Panjat Tebing ( PT)
–          Publikdok
Dalam hal tertentu dimana diperlukan, Ketua Umum dapat mengangkat Sekretaris Umum menjadi pengganti.

Pasal 20
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
Ketua Umum Terpilih menyusun Kepengurusan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan Kalender setelah Musyawarah Besar.
Pengurus bertugas melaksanakan seluruh keputusan Musyawarah Besar, menyusun dan melaksanakan rencana kerja organisasi, memberikan laporan kegiatan dan pertanggung-jawaban Keuangan kepada Anggota dalam Musyawarah Besar selama masa kepengurusannya.
Pengurus memberikan laporan kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan dan laporan keadaan inventaris barang dalam Musyawarah Besar (MUBES) Anggota.
Pasal 21
PENCALONAN KETUA/PENGURUS
Ketua/Pengurus yang masih menjabat, dapat mencalonkan kembali pada Mubes berikutnya sebanyak-banyaknya untuk satu masa jabatan lagi (2 periode). bagi yang masih aktif kuliah.




BAB VII
RAPAT
Pasal 22
JENIS-JENIS RAPAT
Jenis-jenis Rapat terdiri dari :
Musyawarah Besar ;
Rapat Kerja;
Rapat Pengurus.
Pasal 23
MUSYAWARAH BESAR
Musyawarah Besar (MUBES) yang merupakan Rapat Anggota tertinggi dalam proses pengambilan keputusan di organisasi WIRAGANA, yang diadakan sekali dalam 1 (satu) tahun.
Rapat Anggota yang diadakan diluar ketentuan pada ayat 1 di atas disebut Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB).
Peserta, wewenang dan mekanisme Rapat Anggota diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 24
RAPAT KERJA
Rapat Kerja adalah rapat yang dilaksanakan oleh Pengurus WIRAGANA untuk membahas program kerja per 6 bulan.
Rapat Kerja Pengurus adalah Rapat Kerja yang membahas program kerja per 6 bulan yang diselenggarakan oleh Pengurus.
Peserta dan mekanisme Rapat Kerja diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 25
RAPAT PENGURUS
Rapat Pengurus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pengurus WIRAGANA untuk membahas pelaksanaan program kerja.
Peserta dan mekanisme Rapat Pengurus diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VIII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 26
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Setiap keputusan dalam Rapat diambil secara musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak tercapai mufakat maka dilakukan pemungutan suara dan keputusan adalah sah berdasarkan suara terbanyak.
Mekanisme penentuan kuorum, musyawarah, dan pemungutan suara diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB IX
KEUANGAN
Pasal 27
SUMBER KEUANGAN WIRAGANA
Sumber keuangan organisasi diperoleh dari:
Uang pangkal;
Iuran anggota;
Sumbangan yang sah dan tidak mengikat;
Usaha dan penerimaan lain yang sah dan halal serta tidak bertentangan dengan asas organisasi.
Pasal 28
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN WIRAGANA
Pertanggungjawaban keuangan organisasi dilakukan secara transparan dan akuntabel dan bila diperlukan bisa dilakukan audit;
Pertanggungjawaban keuangan selama periode kepengurusan dilaporkan dalam Musyawarah Besar Anggota.
Pertanggung jawaban keuangan setiap kegiatan dilaporkan kepada BPH WIRAGANA  selambat-lambatnya dua minggu setelah kegiatan berakhir.


BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 29
MEKANISME PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Anggaran Dasar ini dapat diubah berdasarkan usulan Pengurus atau Anggota dan perubahannya diputuskan dalam MUBES atau MUBESLUB.
Usulan perubahan Anggaran Dasar ini harus mendapat persetujuan dari 1/2 (satu perdua) anggota atau 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota WIRAGANA.

BAB XI
PEMBUBARAN
Pasal 30
PEMBUBARAN ORGANISASI
Usulan pembubaran organisasi WIRAGANA harus mendapat persetujuan dari 1/2 (satu perdua) anggota atau 3/4 (tiga perempat) jumlah anggota WIRAGANA.
Pembubaran organisasi WIRAGANA hanya dapat dilakukan oleh keputusan MUBES yang diadakan untuk maksud tersebut dan dihadiri oleh minimal 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) anggota yang hadir.







BAB XII
PENUTUP
Pasal 31
PENUTUP
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini lebih lanjut diatur dalam Anggaran Rumah Tangga WIRAGANA. Anggaran Dasar ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : STIA CIMAHI
Tanggal      : 30 NOVEMBER 2018















ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
Anggaran Rumah Tangga ini bersumber pada Anggaran Dasar WIRAGANA yang berlaku oleh karena itu tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar.
BAB II
IDENTITAS ORGANISASI
Pasal 2
BENTUK DAN LAMBANG
WIRAGANA berbentuk perhimpunan yang merupakan wadah berkumpulnya para mahasiswa STIA untuk melakukan kegiatan bersama dalam lingkup ilmu pengetahuan, lingkungan hidup, kegiatan alam bebas, serta ilmu sosial dan kemanusiaan untuk kemajuan bangsa, kesejahteraan masyarakat dan kemanusiaan.
Lambang WIRAGANA terdiri dari :







Logo WIRAGANA
WIRAGANA berasal dari kata sansakerta “wira” dan “gana” yang berarti wira berarti berani dan gana berarti pasukan, jadi WIRAGANA berarti pasukan pemberani.
Adapun penjabaran logo wiragana yaitu :
Logo wiragana berbentuk bulat, yang berarti tidak akan pernah putus.
Gambar kompas, yang berarti petunjuk arah, dimana organisasi bergerak sesuai arahan.
Gunung yang yang berati, mencirikan alam.
Air yang berarti memiliki sifat tegas bukan berarti keras. Tegas disini bisa di ibaratkan sekali melangkah air tidak akan mundur lagi, dan bila ada halangan di depan ia akan mencari celah supaya bisa melewati halangan tersebut
Warna hitam berarti ketegasan.
Warna merah berarti berani.
Warna kuning berarti keceriaan.

BAB III
TUJUAN
Pasal 3
TUJUAN
Menumbuhkan, memupuk, membina dan mengembangkan kecintaan terhadap alam beserta segenap isinya sebagai pernyataan rasa cinta terhadap Tuhan sebagai sang pencipta artinya organisasi ini memberikan pendidikan, ilmu pengetahuan kepada anggotanya agar dapat bersyukur serta merubah makna syukur mereka dalam bentuk pembangunan, menjaga kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati.
WIRAGANA baik secara individu maupun kelembagaan, bersama civitas akademika STIA CIMAHI mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi alam.
Membangun kerjasama serta menggali informasi dan pengalaman dengan berbagai komponen / kader konservasi / para kelompok pecinta alam lainnya untuk meningkatkan keilmuan, pengetahuan, pengalaman dan kreatifitas anggota.
Membina karakter anggota WIRAGANA yang cerdas, mandiri, kuat, unggul, tangguh, memiliki integritas, berprestasi dan bangga terhadap organisasi dan almamater.




BAB IV
USAHA
Pasal 4
USAHA-USAHA UNTUK MENCAPAI TUJUAN
Bahwa usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan WIRAGANA dijabarkan dalam bentuk Program-program Pengurus WIRAGANA.

BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 5
PENDAFTARAN KEANGGOTAAN
Setiap Calon Anggota Muda harus mendaftarkan diri dan wajib mengikuti orientasi pendidikan untuk memenuhi syarat menjadi Anggota Muda.
Pendaftaran dilakukan secara tertulis dengan mengisi formulir pendaftaran yang disediakan oleh Pengurus WIRAGANA.
Pasal 6
ANGGOTA MUDA
Anggota Muda terpilih berdasarkan kelulusan anggota pada penabalan di puncak WIRAGANA dan di angkat oleh BPH WIRAGANA.
Pasal 7
ANGGOTA BIASA
Anggota Biasa : anggota yang telah mengambil spesialis yang di angkat oleh Suvervisor dan ditetapkan oleh BPH WIRAGANA.
Pasal 8
ANGGOTA KEHORMATAN
Anggota Kehormatan adalah anggota biasa yang telah menyelesaikan studi perkuliahan.
Pasal 9
HILANG KEANGGOTAAN
Seorang anggota hilang keanggotaanya ada beberapa sebab :
Meninggal dunia;
Mengundurkan diri secara tertulis;
Dikeluarkan /dipecat karna melanggar peraturan AD/ART WIRAGANA.
Pasal 10
KEWAJIBAN DAN LARANGAN SEBAGAI ANGGOTA
Setiap anggota wajib membela, mempertahankan dan menjunjung nama baik organisasi dan almamater STIA CIMAHI.
Setiap anggota wajib mentaati peraturan-peraturan AD/ART dan peraturan yang ditetapkan oleh pengurus.
Dilarang menjalin hubungan asmara (berpacaran) antar sesama anggota WIRAGANA terkecuali PROFESIONAL;
Setiap anggota WIRAGANA pada waktu dilantik harus mengucapkan janji sebagai berikut:
Setiap anggota wajib menghadiri kegiatan yang telah di buat oleh pengurus.
Setiap anggota yang tidak menghadiri dan terlambat dalam kegiatan wajib menerima konsekuensi.
“IKRAR WIRAGANA”
a.       Kami Mahasiswa Pecinta Alam STIA CIMAHI WIRAGANA Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b.       Kami Mahasiswa Pecinta Alam STIA CIMAHI WIRAGANA Mengakui,  Bahwa Bumi Beserta Isi Didalamnya Adalah Ciptaan dan Anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa;
c.       Kami Mahasiswa Pecinta Alam STIA CIMAHI WIRAGANA Memegang Teguh Tali Persaudaraan Antar Anggota, Menjunjung Tinggi Kehormatan Organisasi WIRAGANA, dan Sesama Anggota Pecinta Alam Lainnya;
d.      Kami Mahasiswa Pecinta Alam STIA CIMAHI  WIRAGANA Akan Menjaga Kehormatan dan Nama Baik Almamater STIA CIMAHI;
e.       Kami Mahasiswa Pecinta Alam STIA CIMAHI WIRAGANA Berjanji, Dengan Segenap Jiwa Dan Raga Akan Menjaga Kelestarian Alam, Demi Keselamatan Ummat Manusia Dan Kehidupan Mahluk Yang Ada Di Dalamnya.

BAB VI
ORGANISASI
Pasal 11
TUGAS DAN WEWENANG PENASEHAT DAN PEMBINA
Penasehat dan Pembina bertugas untuk memberi pengarahan, pertimbangan, saran dan atau nasihat kepada Pengurus WIRAGANA baik diminta maupun tidak.
Pasal 12
PENGURUS
Pengurus merupakan pelaksana tertinggi organisasi, dipimpin oleh Ketua Umum secara kolegial.
Pasal 13
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
Ketua Umum :
Menyusun kepengurusan organisasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan Kalender setelah Musyawarah Besar dan diangkat melalui pelantikan.
Memimpin organisasi WIRAGANA
Berwenang untuk mengganti Pengurus;
Berwenang menerima atau menolak usulan yang diajukan Penasehat maupun Pembina organisasi.
Sekretaris Umum:
Membantu Ketua-ketua Bidang / Divisi dalam mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan Bidang/Divisi tersebut.
Melaksanakan fungsi organisasi WIRAGANA.
Bertanggungjawab atas Kesekretariatan MAPALA –STIA.
Menugaskan dan mengkoordinasikan.
Bendahara Umum :
Membantu Ketua-ketua Bidang/Divisi dalam mengkoordinasikan pendanaan kegiatan-kegiatan Bidang/Divisi.
Merencanakan dan mengendalikan arus kas MAPALA -STIA.
Bertanggungjawab atas fungsi kebendaharaan MAPALA -STIA.
Menugaskan dan mengkoordinasikan.
Ketua Bidang :
Bersama Ketua-ketua Divisi merencanakan program kegiatan.
Mengarahkan, membimbing, dan mengawasi pelaksanaan program di divisi-divisi di bawahnya.
Berkoordinasi dengan Sekretaris dan Bendahara Umum.
Bertanggungjawab atas keberhasilan pelaksanaan program di bidangnya.
Ketua Divisi :
Membuat perencanaan dan melaksanakan program kegiatan divisinya.
Bertanggungjawab atas keberhasilan pelaksanaan program di divisinya.
Pasal 14
KETUA UMUM BERHALANGAN TETAP
Ketua Umum berhalangan tetap apabila :
Mengundurkan diri
Meninggal dunia
Tidak mampu melaksanakan tugasnya secara terus menerus selama 2 (dua) bulan
Dalam hal Ketua Umum berhalangan tetap maka Sekretaris Umum menjabat sebagai Ketua Umum sampai berakhirnya masa kepengurusan.
Dalam hal tidak ada Sekretaris Umum, maka Bendahara Umum menjabat sebagai Ketua Umum sampai berakhirnya masa kepengurusan.
Pasal 15
PENGESAHAN PANITIA PELAKSANA KEGIATAN
Dalam suatu acara, Panitia Pelaksana Kegiatan, disahkan dan ditetapkan oleh Pengurus berdasarkan pengajuan dari Ketua Bidang atau Ketua Divisi.

BAB VII
RAPAT
Pasal 16
KEWENANGAN RAPAT ANGGOTA
Musyawarah Besar memiliki kewenangan untuk:
Menetapkan perubahan dan penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Membahas laporan pertanggungjawaban Pengurus WIRAGANA periode berjalan.
Menetapkan kebijakan umum organisasi WIRAGANA.
Memilih Ketua Umum Pengurus WIRAGANA periode berikutnya.
Pasal 17
MEKANISME MUSYAWARAH BESAR (MUBES)
Musyawarah Besar diadakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan diikuti oleh anggota WIRAGANA.
Pengurus menentukan waktu dan agenda Musyawarah Besar, serta mengundang anggota WIRAGANA melalui pengumuman di media internet paling lambat 1 (satu) bulan dan undangan resmi paling lambat 1 (minggu) sebelum pelaksanaan Musyawarah Besar dilaksanakan.
Pengurus membentuk Kepanitiaan Musyawarah Besar yang bertugas mengatur penyelenggaraan Musyawarah Besar 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan Musyawarah Besar.
Musyawarah Besar dinyatakan sah apabila dihadiri oleh 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota.
Apabila jumlah yang hadir tidak mencapai kuorum, Musyawarah Besar akan ditunda sekurang-kurangnya 1 (satu) jam dan setelah itu Musyawarah Besar dapat tetap dilaksanakan tanpa memperhatikan jumlah yang hadir dan dapat mengambil keputusan yang sah.
Setiap keputusan dalam Musyawarah Besar diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat dan apabila dengan cara musyawarah menemui kegagalan akan dilakukan pemungutan suara dan keputusan adalah sah berdasarkan suara terbanyak.

Pasal 18
PEMILIHAN KETUA UMUM
Pemilihan Ketua Umum dilaksanakan dalam Musyawarah Besar.
Ketua Umum dapat dipilih sebanyak-banyaknya untuk 2 (dua) kali masa kepengurusan dan dinyatakan masih aktif  dalam perkuliahan.
Pemilihan Ketua Umum diambil berdasarkan suara terbanyak dari seluruh anggota yang hadir dan tidak kehilangan hak pilih, dengan hak 1 (satu) suara bagi setiap anggota yang sudah terdaftar sebagai pemilih.
Mekanisme pemilihan dan syarat-syarat calon Ketua Umum dan calon Ketua Pengurus WIRAGANA ditetapkan oleh Panitia Musyawarah Besar.

Pasal 19
MUSYAWARAH BESAR LUAR BIASA
Musyawarah Besar Luar Biasa diselenggarakan atas usul paling sedikit 3/4 anggota, atau dalam hal-hal khusus Pengurus WIRAGANA setelah berkonsultasi dengan anggota kehormatan dalam rapat kerja pengurus, maka dapat diadakan Musyawarah Besar Luar Biasa yang mempunyai kewenangan sama dengan Musyawarah Besar.
Pasal 20
RAPAT KERJA
Pengurus WIRAGANA berkewajiban mengadakan Rapat Kerja 2 (dua) kali dalam masa kepengurusan (2 x dalam satu tahun).
Peserta Rapat Kerja Pengurus terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Ketua-ketua Bidang /Ketua Divisi-divisi.
Rapat Kerja membahas dan mengevaluasi program kerja Pengurus WIRAGANA.
Rapat Kerja dianggap sah dan dapat mengambil keputusan apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1/2 (satu perdua) dari jumlah Peserta. Apabila jumlah yang hadir tidak mencapai kuorum, maka rapat akan ditunda 1 (satu) jam dan setelah itu rapat tetap dilaksanakan tanpa memperhitungkan jumlah yang hadir, dan dapat mengambil keputusan yang sah. Keputusan rapat dianggap sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya setengah lebih satu dari jumlah yang hadir.

Pasal 21
RAPAT PENGURUS
Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua Umum. Dalam hal Ketua Umum berhalangan hadir, maka rapat dipimpin oleh Sekretaris Umum atau Bendahara Umum.
Rapat Pengurus terdiri dari Rapat Pengurus Harian dan Rapat Pleno.
Peserta Rapat Pengurus Harian adalah Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Ketua-ketua Bidang/Divisi.
Peserta Rapat Pleno adalah seluruh Anggota Pengurus WIRAGANA.
Rapat Pengurus dianggap sah dan dapat mengambil keputusan apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (satu perdua) dari jumlah Pengurus. Apabila jumlah yang hadir tidak mencapai kuorum, maka rapat akan ditunda 1 (satu) jam dan setelah itu rapat tetap dilaksanakan tanpa memperhitungkan jumlah yang hadir, dan dapat mengambil keputusan yang sah. Keputusan rapat dianggap sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya setengah lebih satu dari jumlah yang hadir.
Rapat Pengurus Harian dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan, dan Rapat Pleno dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
Rapat Pengurus dapat mengundang pihak lain di luar peserta rapat apabila diperlukan.

BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 22
IURAN ANGGOTA
Ketentuan tentang pemberlakuan, besaran, dan mekanisme pembayaran iuran anggota ditetapkan oleh Pengurus.
Pasal 23
ALOKASI KEKAYAAN
Bila WIRAGANA bubar, kekayaan diserahkan kepada badan-badan yang ditunjuk oleh Musyawarah Besar terakhir yang harus diadakan untuk itu.

Pasal 24
INVENTARIS
Apabila barang inventaris WIRAGANA hilang/Rusak maka ditanggung oleh penanggung jawab peminjam.
untuk kepentingan organisasi bila barang hilang/rusak maka di tanggung oleh penanggung jawab 50% dan sekretariat 50% serta dibantu oleh anggota WIRAGANA.



BAB IX
PENUTUP
Pasal 25
PENUTUP
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini lebih lanjut akan diatur oleh Pengurus. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : STIA CIMAHI
Tanggal : 30 NOVEMBER 2018

Susunan Pengurus & Tupoksi


             SUSUNAN KEPENGURUSAN 2018

Ketua : Armand Jatipermana
Sekretaris : Dinna Rospita
Bendahara : Mufan Arfinia Saputri
Dana dan usaha : Lulu Resfiana
Soslink         : Hani
Peralatan : Aris Alfarid
Climbing : Cecep Nurpajar
Mountenering : Sumardin Gea
Humas : Teruskan Untuk S

 Job Description Pengurus WIRAGANA periode nopember 2018 - oktober 2019

  1. Ketua Umum :

Menjaga nama baik WIRAGANA
Mengatur segala hal yang ada di kepengurusan baik intern dan eksterne

 2. Sekretaris :

  • Mencatat surat keluar dan surat masuk.
  • Mengingatkan Ketua Umum dalam hal kegiatan dan jadwal yang berhubungan dengan organisasi.
  • Selalu koordinasi dengan Sie Kesekretariatan & Dokumentasi
  • Membuat struktur organisasi.
  • Mengurus data anggota WIRAGANA


 3. Bendahara :

  • Mengurus segala pengeluaran dan pemasukkan dana organisasi.
  • Mendampingi bendahara kegiatan dalam hal pengambilan dana.
  • Bertanggung jawab Terhadap keuangan WIRAGANA


  4. Sie Dana & Usaha :

  • Membuat pemasukan dana bagi kas WIRAGANA


  5. Divisi Mountenerring :

  • Mengatur segala kegiatan WIRAGANA di bidang gunung hutan


  6. Divisi Climbing :

  • segala kegiatan WIRAGANA di bidang climbing


  7.Divisi Publikdok :

  • Mengatur segala kegiatan WIRAGANA di bidang sosial dan lingkungan



  8. Sie Peralatan :

  • Menjaga & merawat peralatan dan perlengkapan yang dimiliki WIRAGANA.
  • Mengatur dan mendata keluar  dan kembalinya alat WIRAGANA


  9. Sie Humas :

  • sebagai penghubung hmp secara ekstern / keluar
  • membantu sie dan divisi dalam melaksanakan kegiatannya
  • bertanggung jawab untuk menjaga silahturahmi antara hmp dengan  masyarakat luar.

Visi dan Misi WIRAGANA


Visi
       Terwujudnya Anggota Mahasiswa Pecinta Alam STIA Cimahi WIRGANA sebagai agen of change mampu merubah keadaan lingkungan menjadi lebih baik dan terjaga kelestarianya memiliki rasa kekeluargaan, berjiwa sosial, bermoral dengan berpegang teguh pada AD / ART organisasi, kode etik pecinta alam demi membangun organisasi yang mandiri dan berkualitas.

Misi
     1.Mempersatukan mahasiswa-mahasiswi STIA Cimahi sebagai wadah penerapan dari disiplin ilmu yang dimiliki oleh anggota.
     2.Menjalin kerja sama dan mempererat rasa kekeluargaan antar sesama pecinta alam.
     3.Menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama dan lingkungan sekitar
     4.Sebagai wadah menyalurkan bakat, hobi atau kemampuan mahasiswa-mahasiswi di STIA Cimahi.
     5.Membentuk kepribadian dan karakteristik yang bertanggung jawab melalui kegiatan alam.

MATERI CLIMBING

Materi Teknik Panjat Tebing
I. Sejarah Federasi Panjat Tebing Indonesia

    FPTI didirikan pada tanggal 21 April 1988, dengan dukungan beberapa pengurus cabang serta pengurus daerah lain. Dengan tujuan menciptakan pemanjat indonesia yang mampu berprestasi baik ditingkat nasional maupun internasional.

Sebagai pendamping pemerintah dalam pembinaan dan pengembangan kegiatan panjat tebing indonesia, FPTI berada di bawah koordinasi Menteri Pemuda dan Olah raga sesuai rapat Paripurna Nasional I tahun 1991, Tahun 1992 sudah direncanakan menjadi anggota Komite Olahraga Nasional (KONI) dan Union Internasional Des Associations D`Alpinisme (UIAA)

II. Etika dalam Pemanjatan

Pada dasarnya Pemanjat Tebing dimanapun itu paling alergi dengan peraturan-peraturan yang resmi. Inilah uniknya dari olahraga yang satu ini, Olahraga ini tidak membutuhkan aturan tertulis dibandingkan dengan olahraga yang lain.

Namun pada perkembangannya ketika panjat dinding mulai berkembang menyamai olahraga panjat tebing alam sehingga diperlukan aturan yang tertulis. Untuk itu di bentuk aturan pertandingan yang `Fair` yang aturan tersebut dibuat dan disesuaikan dengan kondisinya. Maka diciptakan kata `Kode Etik` yang merupakan adaptasi dari kata `peraturan`.

Adapun isi Kode etik tersebut adalah sebagai berikut :

    Pemanjatan pertama mungkin meliputi pembersihan seminimum mungkin tanaman dan batuan asli yang lepas dari titik penambatan untuk turun. Merusak pegangan dan pijakan tidak diperkenankan.
    Pemakaian Piton harus di jaga seminimum mungkin.
    Pemakaian bor hanya digunakan sebagai alternatif terakhir.
    Pemakaian Magnesium hanya digunakan ketika dibutuhkan.
    Dalam suatu kasus ketika pemanjatan jatuh, pemanjat tersebut harus turun ke tempat pengaman terakhir, dan ia dapat beristirahat di tebing dan dapat kembali melanjutkan pemanjatan.
    Bergantung ditali sesudah jatuh disebut `Hand Dogging`, dan jatuh dari runner disebut`yoyoing`. 

III. Definisi Panjat Tebing

Pada dasarnya Panjat Tebing adalah suatu olahraga yang mengutamakan kelenturan dan kekuatan tubuh, kecerdikan serta keterampilan baik menggunakan Peralatan maupun tidak dalam menyiasati tebing itu sendiri dengan memanfaatkan cacat batuan.

IV. Kategori Tebing Berdasarkan Bentuknya

-     Face yaitu Permukaan tebing yang berbentuk datar.
-     Hang yaitu Bentuk sisi miring pada tebing.
-     Roof yaitu relief tebing yang berbentuk seperti teras terbalik.
-    Top yaitu puncak Tebing.

V. Pelaku dalam Pemanjatan

Climber yaitu Orang yang melakukan Pemanjatan
Belayer yaitu orang yang mengamankan pemanjat

VI. Motto Panjat Tebing

-   Otak yaitu seorang pemanjat membutuhkan keterampilan khusus dalam penguasan tehnik-tehnik pemanjatan dan peralatan.
-   Otot yaitu seorang pemanjat membutuhkan kekuatan khusus dalam pemanjatan dengan ini di butuhkan latihan-latihan seperti latihan fisik, beban dan senam kebugaran panjat tebing.
-   Hoki yaitu keberuntungan dalam pemanjatan baik itu keselamatan maupun suksesnya pemanjatan.

VII. Aba - Aba dalam Pemanjatan

-    On Belay yaitu Aba-aba yang diucapkan oleh seorang pemanjat bahwa ia telah melakukan pemanjatan.
-    Belay On yaitu Aba-aba yang diucapkan oleh seorang Belayer bahwa ia telah siap melakukan Pemanjatan.
-    Full yaitu Aba-aba yang diucapkan seorang climber kepada Belayer untuk mengencangkan tali pemanjatan.
-    Slag yaitu Aba-aba yang diucapkan seorang climber kepada seorang belayer untuk mengendurkan Tali pemanjatan.

VIII. Sistem Pemanjatan

a.    Alpine Tactics yaitu Sistem Pemanjatan yang ditempuh dengan tujuan mencapai puncak dengan membawa seluruh prlengkapan dan Peralatan pemanjatan biasanya climber bermalam diatas tebing/Flying Camp, tanpa kembali lagi ke shelter induk. Biasanya pada sistem ini seorang climber harus mempunyai kemampuan khusus dalam penguasaan tehnik-tenhik pemanjatan karena resiko pemanjatannya sangat tinggi.

b.   Himalayan Tactics yaitu Sistem pemanjatan yang dilakukan setahap demi setahap hingga mencapai puncak tanpa membawa seluruh perlengkapannya dan pemanjat kembali ke shelter induk.

IX. Teknik Pemanjatan

a.  Free Climbing yaitu Tehnik memanjat yang hanya menggunakan keterampilan tangan dan kaki, sedangkan peralatan hanya digunakan untuk mengamankan diri pemanjat itu sendiri bila jatuh dan tidak digunakan untuk menambah ketinggian. Biasanya digunakan pada lomba memanjat.

b.  Bouldering yaitu Tehnik pemanjatan yang dilakukan pada tebing-tebing pendek secara rutinitas, biasanya dilakukan untuk melatih kemampuan seorang climber.

c.  Soloing yaitu Tehnik pemanjatan yang dilakukan baik tebing pendek ataupun tinggi dengan sendiri tanpa menggunakan peralatan.

d.  Aid (Artificial) Climbing yaitu biasanya pada tehnik pemanjatan ini, pemanjat menggunakan secara langsung peralatan untuk menambah ketinggian pemanjatannya. Biasanya digunakan pada pembuatan jalur.

X. Gerakan Memanjat

Ada beberapa jenis gerakan yang digunakan pada dinding vertikal :

a.    Lay Back yaitu diantara dua tebing yang membentuk sudut tegak lurus, sering dijumpai retakan yang memanjang dari bawah ke atas. Gerakan ke atas untuk kondisi tebing seperti ini adlah dengan mendorong kaki pada tebing dihadapan kita dan menggeser-geserkan tangan pada retakan tersebut keatas secara bergantian pada saat yang sama. Gerakan ini sangat membutuhkan tenaga yang sangat besar.

b.   Chimey yaitu bila kita menemui dua tebing berhadapan yang membentuk suatu celah yang cukup besar untuk memasukkan tubuh, cara yang dilakukan adalah dengan menyandarkan tubuh pada tebing yang satu dan menekan atau mendorong kaki dan tangan pada dinding yang lain. Chimey terbagi atas beberapa macam yaitu Wriggling, Backing Up dan Bridging.

c.   Wriggling yaitu dilakukan pada celah yang tidak terlalu luas sehingga hanya cukup untuk tubuh saja.

d.   Backing Up yaitu dilakukan pada celah yang sangat luas, sehingga badan dapat menyusun dan bergerak lebih bebas.

e.   Bridging yaitu dilakukan pada celah yang sangat lebar sehingga hanya dapat dicapai apabila merentangkan kaki dan tangan selebar-lebarnya.

f.   Traversing yaitu gaya pemanjatan yang dilakukan ke kiri ataupun ke kanan pada saat melakukan perpindahan gerak jalur pemanjatan.

g.   Undercling yaitu dilakukan apabila menghadapi pegangan terbalik, dimana tangan memegangnya secara terbalik dan menarik badan keluar, kemudian kaki naik mendorong badan keluar. Antara dorongan kaki dan tangan saling berlawanan arah sehingga dapat menimbulkan gerakan keatas.

h.   Cheval yaitu dilakukan pada batu yang yang biasa disebut punggungan (arete), pemanjat yang menggunakan cara ini mula-mula dudk seperti penunggang kuda pada arete, lalu dengan kedua tangan menekan bidang batu dibawahnya, ia mengangkat atau memindahkan tubuhnya keatas atau kedepan.

i.   Slab Climbing yaitu pemanjatan yang dilakukan pada tebing licin yang kondisinya tidak terlalu curam.

j.   Mantleshelf yaitu dilakukan apabila menghadapi suatu tonjolan datar (flat) yang luas sehingga dapat menjadi bidang untuk berdiri.

XI. Jenis Pijakan

    Friction step yaitu cara menempatkan kaki pada permukaan tebing dengan menggunakan bagian bawah sepatu (sol) dan mengandalkan gesekan karet sepatu.
    Edging yaitu cara kerja kaki dengan menggunakan sisi luar kaki (sepatu). Normalnya daerah penggunaan edging pada kaki sebelah kiri.
    Smearing yaitu tehnik berdiri pada seluruh pijakan di tebing.
    Heel Hooking yaitu tehnik yang digunakan untuk mengatasi pijakan-pijakan yang menggantung ataupun sulit dijangkau oleh tangan, Dengan kata lain kaki dapat di gunakan sebagai pengganti tangan.

XII. Jenis Pegangan

    Open grip yaitu pegangan biasa yang mengandalkan tonjolan pada tebing, biasanya di tonjolan tebing yang agak datar dan lebar.
    Cling grip (I) yaitu jenisnya sama dengan di atas namun pegangannya agak sedikit lebih kecil dan mirip dengan mencubit.
    Cling grip (II) yaitu jenisnya sama dengan diatas tetapi ditambah dengan menggunakan ibu jari untuk menahan kekuatan tangan.
    Vertikal grip yaitu pegangan veritkal yang menggunakan berat badan untuk menariknya kebawah.
    Pocket grip yaitu pegangan yang biasa digunakan pada tebing batuan limestone (kapur) yang sering banyak lubang.
    Pinch grip yaitu  pegangan yang digunakan untuk memegang tonjolan pada tebing, bentuknnya seperti mencubit.

XIII. Peralatan Panjat Tebing

    Tali/Carnmantel berfungsi sebagai pengaman pemanjat apabila terjatuh.
    Webbing.
    Carabiner
    Piton
    Runners
    Prusik/sling
    Harness
    Hammer
    Tangga
    Chock stopper
    Chock hexentric
    Friend
    Tri Cam
    Bolt
    Jummar
    Helm
    Sky Hook/Fifi Hook
    Chalk bag

MATERI MANAJEMEN PERJALANAN


Salam Rimba!!!

Perjalanan Mapala
MANAJEMEN PERJALANAN & PERALATAN
Oleh : UKM Batik Adventure Politeknik Pusmanu Pekalongan
Perencanan perjalanan Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data-data kita dapat memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang akan kita tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan kita daki. Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus istirahat, dan sebagainya.Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan : Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
■ Mempelajari medan yang akan ditempuh.
■ Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
■ Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
■ Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
■ Perlengkapan dasar perjalanan Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas
■ hujan, dll. Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
■ Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
■ Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper /
■ tissu, dll. Ransel / carrier.
■ Perlengkapan pembantu Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
■ Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
■ Jam tangan.

Packing atau menyusun perlengkapan kedalam ransel.
Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis jenisnya.
Masukkan dalam kantong plastik.
Letakkan barang barang yang ringan dan jarang penggunananya (mis : Perlengkapan tidur) pada yang paling dalam.
Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan sedekat mungkin dengan tubuh dan mudah diambil.
Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan / punggung.
Buat Checklist barang barang tersebut

Pedoman Perjalanan Alam Terbuka
Untuk merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus ada persiapan dan penyusunan secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.

Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut
:Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui dimana yang akan kita digunakan, misalnya: Tangkiling-Bukit Batu-Palangkaraya.
Who (Siapa), apakah anda akan melakukan kegiatan alam tersebut sendiri atau dengan berkelompok. contoh: satu kelompok (25 personil) terdiri dari 5 orang anggota penuh (panitia) dan 20 orang siswa DIKLAT (peserta)
Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa bermacam-macam contoh : Untuk melakukan DIKLATSAR.
When (Kapan) waktu pelaksanaan kegiatan tersebut, berapa lama ? contoh : 23 Februari 2005 sampai dengan 25 Februari 2005 Dari pertanyaan-pertanyaan 4 W, maka didapat suatu gambaran sebagai berikut: pada tanggal 23-25 Februari 2007 akan diadakan DIKLAT, yang akan dilaksanakan oleh 5 panitia dan diikuti 20 orang siswa DIKLAT. Tempat yang digunakan untuk DIKLAT tersebut yaitu di Lompobattang-Bawakaraeng.
Untuk How [Bagaimana] merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :
Bagaimana kondisi lokasi
Bagaimana cuaca disana
Bagaimana perizinannya
Bagaimana mendapatkan air
Bagaimana pengaturan tugas panitia
Bagaimana acara akan berlangsung
Bagaimana materi yang disampaikan
dan masih banyak bagaimana ? lagi (silahkan anda mengembangkannya lagi)
Dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun rencana gegiatan yang didalamnya mencakup rincian :
1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu dan sebagainya.
2. Pengurusan perizinan
3. Pembagian tugas panitia
4.Persiapan kebutuhan acara
5.Kebutuhan peralatan dan perlengkapan
6.dan lain sebagainya.

Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan yang tepat. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah :
1. Mengenal jenis medan yang akan dihadapi (hutan, rawa, tebing, dll)
2. Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan, latihan, penelitian, SAR, dll)
3. Mengetahui lamanya perjalanan (misalnya 3 hari, seminggu, sebulan, dsb)
4. Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban
5. Memperhatikan hal-hal khusus (misalnya : obat-obatan tertentu)

Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat menyiapkan perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin, tetapi beratnya tidak melebihi sepertiga berat badan (sekitar 15-20 kg), walaupun ada yang mempunyai kemampuan mengangkat beban sampai 30 kg.

Dari kegiatan penjelajahan, ada beberapa jenis perjalanan yang disesuaikan dengan medannya, yaitu :
1. Perjalanan pendakian gunung
2. Perjalanan menempuh rimba
3. Perjalanan penyusuran sungai, pantai dan rawa
4. Perjalanan penelusuran gua
5. Perjalanan pelayaran

Untuk perjalanan ilmiah dan kemanusiaan, bisa pula dikelompokkan berdasarkan jenis medan yang dihadapi. Dari setiap kegiatan tersebut, kita dapat mengelompokkan perlengkapannya sebagai berikut :

1. Perlengkapan dasar, meliputi :
o Perlengkapan dalam perjalanan / pergerakkan
o Perlengkapan untuk istirahat
o Perlengkapan makan dan minum
o Perlengkapan mandi
o Perlengkapan pribadi

2. Perlengkapan khusus, disesuaikan dengan perjalananan, misalnya
o Perlengkapan penelitian (kamera, buku, dll)
o Perlengkapan penyusuran sungai (perahu, dayung, pelampung, dll)
o Perlengkapan pendakian tebing batu (carabineer, tali, chock, dll)
o Perlengkapan penelusuran gua (helm, headlamp/senter, harness, sepatu karet, dll)

3. Perlengkapan tambahan Perlengkapan ini dapat dibawa atau tergantung evaluasi yang dilakukan (misalnya : semir, kelambu, gaiter, dll).

Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dalam suatu perjalanan, maka sebelum memulai kegiatan, sebaiknya dibuatkan check-list terlebih dahulu. Perlengkapan dikelompokkan menurut jenisnya, lalu periksa lagi mana yang perlu dibawa dan tidak. Apabila perjalanan kita lakukan dengan berkelompok, maka check-list nya untuk perlengkapan regu dan pribadi. Dalam perjalanan besar dan memerlukan waktu yang lama, kita perlu menentukan perlengkapan dan perbekalan mana saja yang dibawa dari rumah atau titik keberangktan, dan perlengkapan atau perbekalan mana saja yang bisa dibeli di lokasi terdekat dengan tujuan perjalanan kita. Yang tidak kalah pentingnya adalah anda akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.

Packing

Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya mempacking barang-barang tersebut ke dalam carier atau backpack. Packing yang baik menjadikan perjalanan anda nyaman karena ringkas dan tidak menyulitkan.

Prinsip dasar yang mutlak dalam mempacking adalah :
1.Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak, Mengapa beban harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan [misalnya pendakian] kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak, jika salah mempacking barang dan beban terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak dan menjadi cepat lelah karena beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat : Letakkan barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung.
2.Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan memudahkan anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang membutuhkan keseimbangan seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon, berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya.

Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut :
Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung untuk mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh dalam satu kantung plastik. Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan dibiarkan kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier, isikan bahan makanan kedalamnya, misal : beras dan telur.
Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada saat diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier.
Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang diluar carrier akan mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut dan berkesan berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking dalam carrier.
Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu angka yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan anda , tetapi ini kembali lagi ke kemampuan fisik setiap individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula anda dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya membawa barang yang benar-benar perlu.



Memilih dan Menempatkan Barang

Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk meringankan berat beban yang harus anda bawa, contoh : Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga tidak memakan tempat di carrier.
Matras ; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi kelokasi yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian baru. Banyak rekan pendaki yang lebih senang mengikatkan matras diluar, memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur pendakian, baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras sering nyangkut ke batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan matrasnya sudah kotor.

Kantung Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun, baju basah dan lain sebagainya. Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir barang barang didalam carrier anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan dsb.

Menyimpan Pakaian ;Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan tidak
dicampur dengan pakaian bersih.

Menyimpan Makanan ;Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet didekat puncak / base camp terakhir suka membongkar isi tenda untuk mencari makanan.

Menyimpan Korek Api Batangan ;Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.

Packing Barang / Menyusun Barang Di Carrier ;Selalu simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat carrier digunakan, beban terberat berada dipundak anda dan bukan di pinggang anda hingga memudahkan kaki melangkah.

Perlengkapan Pribadi Alam Bebas

Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko dan memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil musibah akan mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat bahwa salah satu kegiatan alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang resiko kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil formula-1.

Tentu saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi perhatian yang serius, tetapi apabila safety-procedure diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko tersebut dapat ditekan sampai titik paling aman.

Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan waktu yang kadang tidak bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena itu perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai.

Salah satu perisai diri ketika melakukan aktivitas alam bebas adalah perlengkapan diri pribadi. Berikut digambarkan beberapa perlengkapan pribadi standard.



1. Tutup kepala/topi
Untuk melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala. Dalam keadaan panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik adalah yang juga dapat melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya pelindung keliling. Topi pet atau topi softball tidak direkomendasikan.
Pada cuaca dingin malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik adlah yang dapat memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau biasa disebut kupluk.

2. Syal-slayer
Slayer atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi sebetulnya mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai saringan air ketika survival. Syal/slayer juga sangat berguna ketika dalam keadaan darurat, baik digunakan untuk perban darurat atau sebagai alat peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan syal/slayer yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat menyerap air namun cepat kering.

3. Baju
Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa ini, maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang dapat menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju dari bahan nilon karena panas dan tidak dapat meyerap keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah planel atau paling tidak kaos dari bahan katun.Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah yang mencolok agar bisa terjadi keadaan darurat [misalnya hilang] dapat dengan mudah diidentifikasi dan dikenali.

Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal ini karena aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.

4. Celana
Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan dapat menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena berat dan susah kering dan membuat lecet. Celana yang baik adalah kain dengan tenunan ripstop [bila berlubang kecil tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas dilakukan di daerah pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut tipis.Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga untuk menyediakan serep ganti.



5. Jaket
Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket digunakan untuk melindungi diri dari dingin bahkan sengatan matahari atau hujan.Jaket yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini juga biasanya dilengkapi dengan penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang memiliki dua lapisan (double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proff) sayang, bahan ini masih mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari bulu angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan pendakian gunung es].

6. Slepping bag
Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan seharian. Tempat istirahat yang ideal adalah dengan menggunakan slepping bag [kantong tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari dua sisi, yaitu yang dingin, licin dan tahan air satu sisi, dan yang hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai dengan cuaca saat istirahat.

7. Sepatu
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, ada lubang ventilasi bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat dikencangkan dan dieratkan pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh longgar karena akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang berakibat lecet. Penggunaan sepatu juga harus dibarengi dengan kaos kaki. Untuk ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep bila suatu saat basah.

8. Carrier
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlampau kecil, artinya mampu menampung perlengkapan dan peralatan yang dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang mempunyai banyak kantong dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat pergerakan. Gunakan carrier yang ramping walaupun agak tinggi, ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi rendah. Sebelum berangkat harus diperhatikan jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada jahitan terutama sabuk sandang akan berakibat sangat fatal.

9. Alat masak, makan dan mandi
Perlengkapan sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi. Bagimanapun juga dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan bahan masalak. Gunakan alat dari alumunium karena cepat panas, untuk ini nesting menjadi pilihan yang sangat baik, disamping dia ringkas dan serba guna. Juga perlu dipersiapkan alat bantu makan lainnya (sendok, piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk memasak / membuat api seperti lilin, spirtus, parafin, dll.Jangan lupa juga siapkan phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model dan jenis phipless].Perlengkapan mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan dilakukan berhari-hari dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti sabun yang berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu membuang sampah bungkusan disembarang tempat.

10. Obat-obatan dan Survival Kits
Perlengkapan pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau pegiat mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping obat-obatan juga setidaknya mempunyai kelengkapan survival kits.

Perencanaan Perbekalan

Dalam perencanaan perjalanan, perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

Lamanya perjalanan yang akan dilakukan
Aktifitas apa saja yang akan dilakukan
Keadaaan medan yang akan dihadapi (terjal, sering hujan, dsb)

Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam merencanakan perjalanan:
a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan bakar.
d. Ringan, mudah didapat
e. Murah
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat-syarat diatas, kita dapat mengkajinya dengan langkah-langkah berikut :Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan kondisi medan, aktifitas tubuh yang perlukan, dan lamanya waktu. Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan.Susun daftar makanan yang memenuhi syarat diatas, kemudian kelompokan menurut komposisi dominan. Hidrat arang, ptotein, lemak, hitung masing-masing kalori totalnya (setelah siap dimakan).Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat dilakukan terakhir, dan apabila ada kekurangan dapat ditambah tablet vitamin dan mineral secukupnya.

Catatan :

Kandungan kalori :
- hidrat arang 4 kal/gr
- lemak 9 kal/gr
- protein 4 kal/gr

Kalori paling cepat didapat dari :
1. Hidrat arang
2. lemak
3. protein

Kebutuhan kalori per 100 pounds berat badan (sekitar 45 kg)
1 Metabolisme basal 1100 kalori
2 Aktifitas tubuh :
Jalan Kaki 2 mil/jam 45 kal/jam
3 mil/jam 90 kal/jam
4 mil/jam 160 kal/jam

Memotong kayu/tebas
260 kal/jam

Makan
20 kal/jam

Duduk (diam) 20 kal/jam

Bongkar pasang ransel, buat camp
50 kal/jam

Menggigil
220 kal/jam
3 Aktifitas dinamis khusus = 6 - 8 % dari 1 dan 2
4 Total kalori yang dibutuhkan = 1 + 2 + 3

Jenis Bahan Makanan dan Macam Makanan
Sumber kalori dari hidrat arang tiap 100 gram
Beras giling 360 kal Nasi 178 kal
Havermout 390 kal Kentang 90 kal
Singkong 140 kal Macaroni 363 kal
Maizena 343 kal Roti 248 kal
Tape singkong 173 kal Gaplek 363 kal
Biskuit 458 kal Sagu 353 kal
Terigu 365 kal Ubi 123 kal
Gula pasir 364 kal Gula aren 368 kal
Madu 294 kal Coklat pahit 504 kal
Coklat manis 472 kal Coklat susu 381 kal

Sumber Protein (tiap 100 gram)
Tempe 119 kla
Kacang tanah rebus dengan kulit 360 kal
Telur ayam 162 kal
Telur bebek 189 kal

Sumber protein dan lemak (tiap 100 gram)

Corned 241 kal
Daging asap 191 kal
Dendeng 433 kal
Sardens 338 kal
Menu makanan satu hari :
Mie 1.5 gelas 335 kal
Susu kental manis ½ gelas 336 kal
Dodol ½ ons 200 kal
Coklat 1 ons 472 kal
Nasi 2 ons 360 kal
Roti 1 ons 248 kal
Biscuit 1 ons 458 kal
Corned ½ ons 120 kal
Dendeng 1 ons 433 kal

TOTAL 2962 kal

Bila engkau tidak dapat menjadi beringin yang tegak diatas puncak bukit, maka jadilah saja rumput, tetapi rumput yang tumbuh memperkuat tanggul. Bila engkau tidak bisa menjadi jalan besar, maka jadilah saja jalan setapak, tetapi jalan setapak yang menuju ke mata air. Tidak semuanya dapat menjadi nahkoda, tentu harus ada kelasi. Sebaik-baiknya engkau adalah menjadi dirimu sendiri.

Perjalanan ke alam terbuka pasti mengandung resiko. Tiap perjalanan memiliki tingkat resiko dan bahaya yang bervariasi.bahaya dan resiko tersebut dapat jauh diminimalisir dengan berbagai persiapan. Persiapan umum yang harus dimiliki seorang pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain:

1.Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi.

2.Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki.

3.Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.

4.Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas. Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.

5.Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu.

6.Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang kini telah tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas.

7.Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang.

Memang, mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah sebagai satu bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai hasil perjalanan dan selalu berakhir dengan perasaan puas karena suksesnya perjalanan tersebut. Perasaan yang muncul saat bertualang adalah rasa takut menghadapi bahaya secara fisik atau psikologis. Tanpa adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena tidak ada pula tantangan.

Risiko mendaki gunung yang tinggi, tidak menghalangi para pendaki untuk tetap melanjutan pendakian, karena Zuckerma menyatakan bahwa para pendaki gunung memiliki kecenderungan sensation seeking [pemburuan sensasi] tinggi. Para sensation seeker menganggap dan menerima risiko sebagai nilai atau harga dari sesuatu yang didapatkan dari sensasi atau pengalaman itu sendiri. Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun kurang menyenangkan tersebut membentuk self-esteem [kebanggaan /kepercayaan diri].

Pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menimbulkan perasaan individu tentang dirinya, baik perasaan positif maupun perasaan negatif. Perjalanan pendakian yang dilakukan oleh para pendaki menghasilkan pengalaman, yaitu pengalaman keberhasilan dan sukses mendaki gunung, atau gagal mendaki gunung. Kesuksesan yang merupakan faktor penunjang tinggi rendahnya self-esteem, merupakan bagian dari pengalaman para pendaki dalam mendaki gunung.

Fenomena yang terjadi adalah apakah mendaki gunung bagi para pendaki merupakan sensation seeking untuk meningkatkan self-esteem mereka? Selanjutnya, sensation seeking bagi para pendaki gunung kemungkinan memiliki hubungan dengan self-esteem pendaki tersebut. Karena pengalaman yang dialami para pendaki dalam pendakian dapat berupa keberhasilan maupun kegagalan.

Persiapan mendaki gunung

Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika, pengetahuan dan ketrampilan.
Kesiapan mental. Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya.
Kesiapan fisik. Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya : Stretching /perenggangan [sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga, lakukanlah perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih kelenturannya]. Jogging (lari pelan-pelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu kita tambah dari waktu sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up Lakukan sesuai kemampuan kita dan tambahlah porsinya melebihi porsi sebelumnya.
Kesiapan administrasi. Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang akan dituju.
Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.
Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat, survival serta EMC [emergency medical care] praktis.

Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian

Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak aktif. Berdasar bentuknya dibagi menjadi :
1.Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) == seperti perisai
2.Gunung berapi strato
3.Gunung berapi maar == Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas vulkanisme terhenti, yang tinggal hanya kawahnya saja.
Macam dan tingkat pendakian gunung macam pendakian, yaitu pendakian gunung bersalju (es) dan gunung batu. Keduanya mambutuhkan persiapan dan perlengkapan yang matang. Menurut Club "Mountaineers", Seatle Washington, dasar pembagian tingkat pendakian ada dua cara.


1. Berdasar penggunaan alat teknis yang dipakai ( class)
class 1 ; lintas alam tanpa bantuan tangan
class 2 ; dibutuhkan bantuan tangan
class 3 ; pendakian yang mudah memerlukan kaki dan tangan dalam mendaki, tali mungkin dibutuhkan oleh pemula
class 4 ; pendakian memerlukan tali pengaman
class 5 ; dibutuhkan tali dan pengaman peralatan lain seperti : piton, runner, chocks dll
class 6 ; mandaki dengan tali dengan peralatan bantuan sepenuhnya berpijak
diatas paku tebing, memenjat rantai sling atau mengunakan stirupss Pendakian claass 4 masuk dalam katagori scrembling [Mendaki dengan cara mempergunakan badan sebagai keseimbangan serta tangan untuk berpegangan dengan medan yang miring sampai 45 derajat] dan class 5 - 6 sudah dapat dikatagorikan sebagai climbing [panjat]. Dimana class 5 merupakan free-climbing [Pemanjatan dengan tanpa menggunakan alat tehnis untuk menambah ketinggian, alat hanya sebagai pengaman saja ] dan class 6 adalah artificial climbing [Pemanjatan dengan menggunakan alat tehnis sebagai pembantu menambah ketinggian, misalnya dipijak atau disentak dan dipegang ]. Apa bila dilakukan di gunung batu / cadas disebut rock climbing dan bila dilakukan di gunung es disebut dengan snow and ice climbing .

2. Berdasar lama waktu akibat sukarnya pendakian dalam medan pendakian (grade)
grade I, bagian yang sukar dapat ditempuh dalam beberapa jam
grade II, bagian yang sukar ditempuh dalam setengah hari
grade III, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh
grade IV, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh dan memerlukan bantuan lereng-lereng sempit untuk bisa naik
grade V, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 1,5-2,5 hari
grade VI, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 2 hari atau lebih dan dengan banyak sekali kesulitan

3. Berdasarkan tingkat keamanan pemanjat dari kemampuan alat yang digunakan
A1 ;aman sekali, peralatan yang dipasang dan digunakan dapat diandalkan untuk menjaga keselamatan pendaki
A2 ;aman, jikapun terjadi masalah, alat masih dapat diandalkan untuk mencegah akibat yang lebih fatal [misalnya jatuh tidak sampai kedasar]
A3 ;penggunan alat pengaman cukup aman tetapi tidak dapat diandalkan untuk menjaga resiko jatuh, kecuali dengan pemasangan yang sangat teliti dan fall-faktor yang tidak terlalu berbeban tinggi. Bila fall faktor tinggi, maka alat-alat akan copot dan pendaki bisa menerima akibat fatal
A4 ;pengaman yang digunakan tidak dapat diharapkan untuk dapat menahan beban jatuh, cenderung hanya sebagai pengaman psykologis untuk menguatkan mental pendaki

4. Berdasarkan tingkat kesulitan [difficult] medan pendakian
Tingkatan pedakian dengan dasar perhitungan ini bisa disebut juga dengan Yossemite Decimal System [YDS]. Pang-katagorian berasal dari USA dan saat ini banyak di gunakan untuk menentukan grade kesulitan panjat tebing. Oleh karena itu YDS dimulai dengan grade 5 dan seterusnya. Pengkatagorian demikian biasanya digunakan untuk jenis pendakian free-climbing atau free-soloing [Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan pengaman apapun, biasanya pada jalur pendek]

Anehnya YDS sendiri menyalahi kaidah matematis penghitungan decimal, dimana misalnya suatu jalur mempunyai ketinggian 5,9 [lima point sembilan] lalu grade selanjutnya menjadi 5.10 [lima point sepuluh]. Peng-angka-an ini menjadi aneh akibat grade 5.9 lebih rendah dibanding dengan 5.10, padahal dalam matematika sebaliknya.

YDS sendiri diawali dengan grade 5.8 atau 5.9, selanjutnya 5.10, 5.11, 5.12, 5.13 dan 5.14. Sampai saat ini tidak ada grade melebihi 5.14.

Perkembangan keanehan peng-angka-an decimal ini menurut beberapa diskusi pegiatan pendakian dan panjat tebing akibat keselahan memprediksikan kemampuan pendakian pada saat system YDS dipublikasikan. Dimana pada saat itu diperkirakan kemampuan pendakian / panjat hanya sampai grade 5.9. Padahal dalam kemudian berkembangan kemampuan pendakian / pemanjatan yang lebih mutakhir dan luar bisa.

Bahkan saking sulitnya menentukan dengan hanya angka-angka decimal yang terbatas,
seiring dengan banyaknya jalur pendakian/pemanjatan yang dibuat oleh kalangan pemanjat, maka grade decimalpun ditambahkan dibelangkannya dengan alfhabet.
Contoh; 5.12a, 5.13 d atau 5.14 c
Memang sampai saat sekarang barangkali hanya ada beberapa jalur yang dibuat manusia dengan grade 5.14, itupun terbatas pada jalur-jalur pendek.

Secara umum grading dengan YDS dapat dijelaskan sebagai berikut :
5.8 ; jalur yang ditempuh mudah, grip [pegangan] sangat bisa digunakan oleh bagian tubuh yang ada untuk menambah ketinggian
5.9 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari
5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari, hanya saja perlu keseimbangan [balance] yang baik
5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan satu diantaranya sangat minim dan perlu keseimbangan. Jalur hang hampir bisa dipastikan memiliki grade demikian.
5.12 ; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian. Dengan kondisi grip yang kecil di satu bagiannya atau paling tidak sama
5.13 ; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian, itupun dengan grip yang sangat minim.
5.14 ; mulus seperti kaca, tidak mungkin terpikirkan untuk dapat dibuat jalur pendakian/pemanjatan Makanan (logistik)

Makanan yang dibawa seharusnya dapat memenuhi kebutuhan energi pendaki, selama pendakian seserorang membutuhkan sitar 5.000 kalori dan 100 gram protein, kalori dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi nasi. Namun ada baiknya hanya memakan nasi satu kali sehari di kala malam (saat berkemah) alasayanya beras realtif berat dan memerluakan waktu yang lama untu memasak serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras dapat diganti dengan roti, biskuit, coklat, dan hevermit.

Hal yang perlu diperjatikan hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak lebih dahulu selama mendaki, karena hal ini hanya akan merepotkan dan menghabiskan waktu perjalanan. Pilihlah makanan praktis seperti coklat, roti, agar-agar, buah-buahan, dapat juga dibuat mixfood yang terdiri atas kacang, coklat, biskuit dan kismis.

Umumnya makanan yang paling praktis dibawa adalah makanan instan yang memiliki kemasan, buanglah kemasan karton sebelum dimasukan dalam ransel dengan demikian berat ransel dapat berkurang dan makanan yang dibawapun tidak banyak memakan tempat didalam ransel.

Peralatan lain

Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil yang terdanag dirasa sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat-obatan seperti pelester, obat merah, tisu basah dan kering, senter, benang, jarum jahit, jam dan alat tulis. Peralatan itu terkandang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau menjaga tubuh tetap bersih.

Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa membawa tas / kantong plastik, tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang yang kotor dan basah sebelum dicuci dan tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali sampah-sampah pendakian, sampah-sampah sisa makanan atau berkemah, janganlah dibuang begitu saja di alam terbuka. Selain megotori, membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan bagi pendaki yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha pencarian oarang tersesat terbantu dengan petunjuk dari barang-barang yang tercecer.

Jenis-Jenis Pendakian / Perjalanan

Olah raga mendaki gunung sebenarnya mempunyai tingkat dan kualifikasinya. Seperti yang sering kita kenal dengan istilah mountaineering atau istilah serupa lainnya. Menurut bentuk dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering dapat dibagi sebagai berikut :

1. Hill Walking / Feel Walking

Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai. Tidak membutuhkan peralatan teknis pendakian. Perjalanan ini dapat memakan waktu sampai beberapa hari. Contohnya perjalanan ke Gunung Gede atau Ceremai.

2. Scarmbling

Pendakian setahap demi setahap pada suatu permukaan yang tidak begitu terjal. Tangan kadang-kadang dipergunakan hanya untuk keseimbangan. Contohnya : pendakian di sekitar puncak Gunung Gede Jalur Cibodas.

3. Climbing

Dikenal sebagai suatu perjalanan pendek, yang umumnya tidak memakan waktu lebih dari 1 hari,hanya rekreasi ataupun beberapa pendakian gunung yang praktis. Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik mendaki dan penguasaan pemakaian peralatan.
Bentuk climbing ada 2 macam :
a. Rock Climbing- pendakian pada tebing-tebing batau atau dinding karang. Jenis pendakian ini yang umumnya ada di daerah tropis.
b. Snow and Ice Climbing- Pendakian pada es dan salju. Pada pendakian ini, peralatan-peralatan khusus sangat diperlukan, seperti ice axe, ice screw, crampton, dll

MATERI SRT


Salam Rimba!!!
Pengertian SRT (Single Rope Technique)
SRT (Single Rope Technique) pasti anda bertanya tanya apa itu SRT. Kali ini kita akan membahas apa itu SRT dan kegunannya. SRT merupakaan kepanjangan dari Single Rope Technique yang merupakan salah satu teknik meniti tali tunggal. Ada beberapa macam sistem yang digunakan di dunia, namun di Indonesia lebih banyak dipakai Frog Rig System.
Dalam bahasa sederhana sistem ini hanya berprinsip pada duduk dan berdiri secara bergantian.SRT set merupakan satu set peralatan yang meliputi dua bagian penting yaitu alat untuk naik dan alatuntuk turun dengan alat-alat pendukung keduanya. Flying Fox dan Rappeling termasuk dalam SRT, bila anda mengikuti organisasi pecinta alam, SAKA, dan pramuka secara tidak langsung anda sudah mempraktekkan SRT, karena biasanya di dalam organisasi tersebut melakukan kegiatan Flying Fox dan Rappeling. Dalam SRT kita memerlukan alat-alat yang mendukung, diantarnya adalah sebagai berikut:
1. Tali Kernmantel
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm, tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua macam tali pendakian yaitu :
 Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan untuk rappelling.
 Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok (merah, jingga, ungu).
2. Carabiner
Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
 Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman).
 Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)

3. Sling
Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :
- sebagai penghubung
- membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.

4. Descender/figur 8
Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau rappelling.

5.Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.

6. Harness / Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis harness :
- Seat Harness, menahan berat badan di pinggang dan paha.
-Body Harness, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha. Harness ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.
 Namun yg kit gunakan sekarang adalah webbing , webbing juga bisa digunakam sebagai pengaman yang menahan atau mengikat badan dan harganya pun lebih murah
7. tali prusik
Sebagai pengaman tubuh, biasanya digunakan atau disimpulkan pada tali karmantel sebagai menahan beban tubuh, untuk ascending atau memanjat tali dari bawah ke atas

Materi SURVIVAL


Salam Rimba!!!
MATERI SURVIVAL MAPALA

Dalam melakukan perjalanan Alam terbuka, seorang Petualang perlu membekali diri dengan pengetahuan SURVIVAL. Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan tertentu .dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis. Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.

Mengapa Ada Survival ?
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain : Keadaan alam (cuaca dan medan), Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan), Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan), Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Dalam keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang Survivor mampu bertahan atau tidak., antara lain : mental ,kurang lebih 80% kesiapan kita dalm survival terletak dari kesiapan mental kita.

Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
 Keadaan alam (cuaca dan medan)
 Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
 Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.

Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam
S : Sadar dalam keadaan gawat darurat
U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
V : Vitalitas tingkatkan
I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V : Variasi alam bisa dimanfaatkan
A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L : Lancar, slaman, slumun, slamet

Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tsb, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah STOP yang artinya :
S : Stop & seating / berhenti dan duduklah
T : Thingking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan

Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor
1. Sikap mental
- Semangat untuk tetap hidup
- Kepercayaan diri
- Akal sehat
- Disiplin dan rencana matang
- Kemampuan belajar dari pengalaman

2. Pengetahuan
- Cara membuat bivak
- Cara memperoleh air
- Cara mendapatkan makanan
- Cara membuat api
- Pengetahuan orientasi medan
- Cara mengatasi gangguan binatang
- Cara mencari pertolongan

3. Pengalaman dan latihan
- Latihan mengidentifikasikan tanaman
- Latihan membuat trap, dll

4. Peralatan
- Kotak survival
- Pisau jungle , dll

5. Kemauan belajar
Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
 Mengkoordinasi anggota
 Melakukan pertolongan pertama
 Melihat kemampuan anggota
 Mengadakan orientasi medan
 Mengadakan penjatahan makanan
 Membuat rencana dan pembagian tugas
 Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar
 Membuat jejak dan perhatian
 Mendapatkan pertolongan

Bahaya-bahaya dalam survival
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
1. Ketegangan dan panik
Pencegahan :
- Sering berlatih
- Berpikir positif dan optimis
- Persiapan fisik dan mental

2. Matahari / panas
- Kelelahan panas
- Kejang panas
- Sengatan panas

Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :
- Penyakit akut/kronis
- Baru sembuh dari penyakit
- Demam
- Baru memperoleh vaksinasi
- Kurang tidur
- Kelelahan
- Terlalu gemuk
- Penyakit kulit yang merata
- Pernah mengalami sengatan udara panas
- Minum alkohol
- Dehidrasi

Pencegahan keadaan panas :
- Aklimitasi
- Persedian air
- Mengurangi aktivitas
- Garam dapur
- Pakaian :
- Longgar
- Lengan panjang
- Celana pendek
- Kaos oblong

3. Serangan penyakit
- Demam
- Disentri
- Typus
- Malaria

4. Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah
Keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang
Banyak berlatih

5. Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang
mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.
Penyebab : Makanan dan minuman beracun
Pencegahan : Air garam di minum
Minum air sabun mandi panas
Minum teh pekat
Di tohok anak tekaknya

6. Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori
Membatasi kegiatan

7. Kelaparan

8. Lecet

9. Kedinginan

Untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematian
Membuat Bivak (Shelter)
Tujuan : untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dingin
Macam :
a. Shelter asli alam
Gua : Bukan tempat persembunyian binatang
Tidak ada gas beracun
Tidak mudah longsor
b. Shelter buatan dari alam
c. Shelter buatan
Syarat bivak :
Hindari daerah aliran air
Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
Bukan sarang nyamuk/serangga
Bahan kuat
Jangan terlalu merusak alam sekitar
Terlindung langsung dari angin
Mengatasi Gangguan Binatang
a. Nyamuk
 Obat nyamuk, autan, dll
 Bunga kluwih dibakar
 Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk
 Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
b. Laron
 Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
c. Lebah
Apabila disengat lebah :
 Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
 Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
 Jangan dipijit-pijit
 Tempelkan pecahan genting panas di atas luka
d. Lintah
Apabila digigit lintah :
 Teteskan air tembakau pada lintahnya
 Taburkan garam di atas lintahnya
 Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
 Taburkan abu rokok di atas lintahnya
e. Semut
 Gosokkan obat gosok pada luka gigitan
 Letakkan cabe merah pada jalan semut
 Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
f. Kalajengking dan lipan
 Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
 Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
 Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
 Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
 Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan
g. Ular
Pembahasan lebih lanjut dalam materi EMC
Membuat Perangkap (Trap)
Macam-macam trap :
 Perangkap model menggantung
 Perangkap tali sederhana
 Perangkap lubang jerat
 Perangkap menimpa
 Apace foot share
Bahan :
 tali/kawat
 Umpan
 Batang kayu
 Cabang pohon
Membaca Jejak
Jenis :
 Jejak buatan : dibuat oleh manusia
 Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan
Jejak alami biasanya menyatakan tentang :
 Jenis binatang yang lewat
 Arah gerak binatang
 Besar kecilnya binatang
 Cepat lambatnya gerak binatang
Membaca jejak alami dapat diketahui dari :
 Kotoran yang tersisa
 Pohon atau ranting yang patah
 Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput

Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20  30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3  5 hari saja tanpa air.
Air yang tidak perlu dimurnikan :
1. Hujan
Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
2. Dari tanaman rambat/rotan
Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut
3. Dari tanaman
Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut
Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
1. Air sungai besar
2. Air sungai tergenang
3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan

Makanan
Patokan memilih makanan :
 Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
 Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
 Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
 Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
 Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam Hubungan air dan makanan
 Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit
 Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
 Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak

Tumbuhan yang dapat dimakan
Dari batangnya :
 Batang pohon pisang (putihnya)
 Bambu yang masih muda (rebung)
 Pakis dalamnya berwarna putih
 Sagu dalamnya berwarna putih
 Tebu
Dari daunnya :
 Selada air
 Rasamala (yang masih muda)
 Daun mlinjo
 Singkong
Akar dan umbinya :
 Ubi jalar, talas, singkong
Buahnya :
 Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
 Jamur merang, jamur kayu
Ciri-ciri jamur beracun :
 Mempunyai warna mencolok
 Baunya tidak sedap
 Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
 Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
 Bila diraba mudah hancur
 Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
 Tumbuh dari kotoran hewan
 Mengeluarkan getah putih
Binatang yang bisa dimakan
 Belalang
 Jangkrik
 Tempayak putih (gendon)
 Cacing
 Jenis burung
 Laron
 Lebah , larva, madu
 Siput
 Kadal : bagian belakang dan ekor
 Katak hijau
 Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya
 Binatang besar lainnya
Binatang yang tidak bisa dimakan
 Mengandung bisa : lipan dan kalajengking
 Mengandung racun : penyu laut
 Mengandung bau yang khas : sigung

Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
1. Dengan lensa / Kaca pembesar
Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
2. Gesekan kayu dengan kayu.
Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar
3. Busur dan gurdi
Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar.
Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren

Survival kit
Ialah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :
 Perlengkapan memancing
 Pisau
 Tali kecil
 Senter
 Cermin suryakanta, cermin kecil
 Peluit
 Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air
 Tablet garam, norit
 Obat-obatan pribadi
 Jarum + benang + peniti
 dll